Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, Prof Arief Rachman (https://www.republika.co.id/berita/115906/prof-arief-rachman-ada-se...
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, Prof Arief Rachman (https://www.republika.co.id/berita/115906/prof-arief-rachman-ada-sepuluh-ciri-sekolah-unggul) pernah menyebutkan bahwa diantara ciri sekolah unggul adalah berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan sangat beragam, seperti intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler berjalan seimbang dan saling mendukung. Adanya optimalisasi pembelajaran terstruktur, pengembangan bakat dan minat siswa serta serius saat tampil dalam kegiatan partisipasi maupun kompetisi.
Adanya keseriusan dalam tiga item ini akan dapat dilihat dalam wujud nyata namun diperlukan prasyarat yang harus diperhatikan. Prasyarat ini menjadi media penghubung untuk tercapainya tujuan institusi.
Hemat penulis, setidaknya ada empat hal yang menjadi prasyarat unggul baik orang/lembaga. Pertama, kenali potensi diri. Kenali potensi diri dimaksudkan setiap tenaga pendidik atau tenaga kependidikan dan siswa diyakini pasti memiliki skill kompetensi tersendiri yang harus diketahui oleh pimpinan lembaga. Pengenalan ini dalam rangka mengeksplore dan memotivasinya menjadi kekuatan tersendiri sehingga bernilai tambah bahkan nilai jual bagi lembaga itu sendiri. Disinilah letak pentingnya data rekam jejak prestasi dan kompetensi apa yang dimiliki oleh warga sekolah. Pada sisi ini, konsep “ada orang yang tahu bahwa dia tahu dan ada orang yang tidak tahu bahwa dia tahu” menjadi penting. Jika yang pertama dimaknai sebagai orang yang tahu kapan ia berucap dan bertindak, dan ia tahu bahwa ia memiliki kemampuan untuk itu. Ungkapan yang kedua bermakna perlunya diberi kesempatan pada orang sseorang yang dinilai memiliki kompetensi untuk mewujudkan tujuan tertentunya. Kepercayaan diri dan kesempatan haarus diberikan pada orang dengan tipikal ini.
Kedua, personal branding. Ciptakan branding tersendiri bagi satu lembaga sehingga ini menjadi merk tersendiri sehingga dikenal oleh siapapun. Diantara ciri kepala sekolah yang inovatif adalah mampu menciptakan kekhasan tersendiri bagi institusinya. Sekolah unggulan, sekolah berwawasan wiyata mandala, sekolah dengan konsep alam dan sebagainya adalah diantara cara menciptakan branding bahkan dalam hal kecil sekalipun harus menjadi perhatian. Adanya yel-yel khas sekolah, bisa menjadi merk tersendiri. Fungsinya apa? Untuk mengarahkan warga sekolah atau lembaga merasa menjadi bagian darinya. Bukankah diantara karakter manusia adalah senang dan terjalin komunikasi batin jika berada dalam satu kesamaan primordial dan identitas. Dalam hal branding, adanya ekstrakurikuler menjadi program yang sangat penting untuk diwujudkan.
Berikutnya adalah komitmen pada visi dan misi. Setiap lembaga apalagi sekolah pasti memiliki visi dan misi yang menjadi tujuan institusinya. Menjaga dan meluruskan serta komitmen dengan visi dan misi menjadi sebuah keharusan demi tercapai tujuan yang lebih luas lagi. Prof. Arif Rachman menambahkan untuk item ini, maka diperlukan konsistensi dan kebersamaan. Disinilah letak seorang leader untuk menjaga komitmen ini. Kesamaan gerak dan pikiran bisa berbeda setidaknya mendekatkan persepsi dan gerak langkah, meskipun varatif tapi menuju goal bersama.
Keempat, berjiwa kompetitif. Bagaimana kita mengetahui kualitas keilmuan dan terapan dari siswa kita? Setelah kesamaan visi dan misi dan komitmen mencapainya maka keikutsertaan dalam berbagai kegiatan baik partisipasi maupun kompetisi menjadi prasayarat berikutnya. Memahami kelebihan dan kekurangan menjadi penting untuk menentukan treatmen berikutnya. Sesungguhnya prasyarat keempat ini memiliki makna yang mendalam bahwa kompetisi bukan sekedar akan menjadikan sebuah lembaga memiliki kekhasan tersendiri dan terangkat martabanya namun yang terpenting adalah seluruh guru dan siswanya memiliki mental juara, ya mental juara dan bukan sekedar jadi juara. Semoga. (**Waka Kesiswaan MAN 2 Pontianak).
COMMENTS